(by Sarah Fauziyyah Hana)
Namaku Brani. Aku sekarang duduk di kelas 6 SD. Sekolahku bernama SD Bunga Matahari. Memang, di kelas aku punya banyak teman. Tapi hanya ada satu sahabatku: Lilla Veinna
Lilla adalah anak yang baik sekali. Aku saja, yang bukan keluarganya, dan orangtuaku juga tidak mengenalnya, merasa sangat akrab dengannya. Setelah agak besar, akhirnya aku sadar kalau keakraban kami itu dikarenakan Lilla sangat baik.
Tapi, akhir-akhir ini kami memulai persahabatan kami dari awal. Kenapa? Kenapa tidak dilanjutkan saja? Ini ceritanya:
Kira-kira minggu lalu, tiba-tiba langit mendung. Lalu angin datang dengan sangat tidak sopan. Kupikir angin itu sedang punya masalah. Tapi sepertinya bukan hanya angin yang bermasalah. Aku juga bermasalah karena tepat saat angin berkecamuk, datang anak baru yang menghancurkan hidupku sekaligus merenggut sahabatku.
Setelah murid jahat itu masuk, Bu Guru kami memperkenalkannya dengan bangga dan lembut. Padahal tidak usah seperti itu, karena memperkenalkannya sama saja seperti memperkenalkan beruang yang kelaparan.
Setelah diperkenalkan, aku tahu kalau namanya Emerald. Jika sekedar melihat wajahnya, kamu takkan tahu kalau dia punya akal bulus karena wajahnya sangat cantik. Wajahnya seperti putri-putri di negeri dongeng. Sangat manis dan imut. Itu kalau tidak berdandan. Kalau berdandan, siapapun yang melihatnya tentu akan terbengong-bengong. Dia terlalu cantik.
Tapi, jauh dari hal itu, hatinya sangat mengerikan. Seperti yang aku bilang di awal, dia itu beruang. Baik lapar atau tidak, tetap saja ganas. Dan yang paling mengerikan, dia bisa saja membuat orang lain sakit hati meski orang itu tak kenal atau tak ada urusan dengannya. Hanya untuk kesenangan pribadi. Seperti yang ia lakukan padaku. Jika kau mengikuti seluruh ceritanya, dari judul hingga kata “tamat”, kau akan tau kalau aku tidak punya setitik dosa pada makhluk itu. Setitik pun!
Setelah diperkenalkan, Emerald tiba-tiba saja singgah di sebelah Lilla. Huuh…, apaan sih??!! Sepertinya mulai ada tanda-tanda dia akan mencari masalah denganku.Saat aku menoleh padanya, dia menatapku dengan sinis. Dasar!
Saat istirahat juga begitu. Waktu aku menarik tangan Lilla keluar kelas untuk membicarakan masalahku dengan si jahat itu, si jahat malah menarik tangan Lilla dan memperkenalkan dirinya. Lilla kan sudah tau semua?!@-&*^% Tapi, karena Lilla itu baik, jadi Lilla senang-senang saja. Mereka justru tertawa bersama dan pergi ke kantin tanpa mengajakku. APA SIH MAKSUDNYA???
Selama empat hari penuh, begitu terus. Akhirnya aku mengambil pelajaran: Orang jahat kebanyakan berwajah cantik. Jadi berhati-hatilah pada orang cantik kecuali kau mengenalnya dengan baik.
Lilla pun sering bersikap tak adil padaku. Contohnya, waktu hari Selasa kemarin. Kami bertiga (sebenarnya aku tak pernah menganggap si jahat ada) berjalan-jalan ke toko es krim terkemuka di blok sebelah. Banyak sekali yang membeli. Untung saat giliran kami, es krimnya masih banyak. Tapi, si jahat (terbiasalah dengan kata-kata “si jahat” karena sepanjang perkataanku aku takkan menuliskan nama Emerald) ingin es krim tipe Banana Triple Chocolate yang sangat mahal. Karena yang membayar Lilla, Lilla menatap kami berdua. Aku sih hanya menginginkan es krim rasa Vanilla Chocolate yang termurah tapi lezat, tidak seperti Banana Triple Chocolate yang sangat memuakkan di toko ini. Berbeda dengan toko lain yang lezatnya minta ampun. Kabarnya koki lama pembuat Banana Triple Chocolate di sini sedang pulang kampung. Lalu, Lilla berkata, “Kalau begitu Emerald saja yang mendapatkan es krim ya? Soalnya uangku terbatas. Tidak apa-apa kan Brani?” kata Lilla. Aku hanya terdiam sambil menatap menu es krim yang terpampang di dinding dekat meja pesanan. Lalu aku berbalik dan keluar toko es krim. Aku hanya akan membeli anggur dan susu di supermarket. Tapi saat kuberbalik melihat si jahat dan Lilla di toko es krim, aku melihat Lilla juga memesan Banana Triple Chocolate yang mahal. Berarti dia punya uang lebih, kan??!! Mengapa membeli Vanilla Chocolate yang murah saja tidak sanggup?! Tak kulihat harga Vanilla Chocolate naik! Dasar pengkhianat!!!
Selain kejadian diatas, masih banyak kejadian tak adil lainnya. Benar-benar menyedihkan!
Lalu, kemarin, hari Rabu, si jahat kembali membuat onar. Dia mengumumkan pada teman-teman sekelas bahwa aku mencuri beberapa kue favorit teman-temanku dari kantin sekolah. Agar lebih meyakinkan, si jahat membayar Ibu Penjaga Kantin untuk mendukungnya. Jadi, saat mengumumkan kebohongan sadis itu, ada yang memperkuat pernyataannya. Sekarang aku tahu kalau dia itu benar-benar beruang siluman yang menyamar jadi manusia berakal bulus.
Hari ini, hari Kamis pukul 13.50, terjadi keonaran di rumah tetanggaku dan rumahku, tentunya. Tetanggaku mengaku kehilangan jam mahal yang dibelikan ayahnya dari Paris. Dan, jam mahal merek Wels itu ditemukan di kamarku. Tepatnya di laci tempat menaruh benda-benda rahasiaku. Tentu saja menjadi repot. Tetanggaku itu menjadi benci padaku dan tidak mau bermain lagi denganku. Lilla juga jadi selalu curiga padaku kalau aku mendekati barang-barangnya. Belum lagi keluargaku. Mereka yang tidak tahu-menahu tentang siapa yang melakukan kejailan ini, sangat menyayangkan aku melakukan ini. Dalam hati, aku berteriak keras-keras kalau mereka sok tahu. Tapi memang iya, kan?? Kenapa harus aku sih, yang menerima kenyataan pahit ini?! Kenapa bukan orang-orang yang lebih berdosa saja daripada aku yang menerima kenyataan ini? Bukankah orang-orang seperti pencopet atau penjudi lebih pantas mendapatkan hal semacam ini? Kenapa, kenapa, kenapa?!?!
Sebenarnya, aku pernah berpikir untuk menjadi cantik. Tapi, setelah melihat si jahat dengan wajah cantiknya, aku mengurungkan mimpi itu. Aku juga ingin punya nama indah seperti Miracle, Rainbow, atau yang lainnya. Tapi setelah melihat si jahat dengan nama indahnya, aku mengurungkan impianku itu. Banyak sekali impianku. Tapi setelah melihat semuanya ada dalam diri si jahat, dan sifatnya juga jahat, aku mengurungkan semua impian itu. Lagipula, kata mamaku aku cantik seperti orang Indonesia asli. Tak ada campuran belahan dunia lain. Lalu, namaku mempunyai arti yang indah sekali. Namaku Brani Suci. Artinya, ya bendera pusaka negeri ini. Brani, maksudnya adalah berani. Maksudnya arti warna merah di bendera merah putih. Suci, mengartikan warna putih di bendera merah putih. Indah, kan?? Membuat rasa nasionalisme tumbuh pada diriku. Memang harus, aku kan orang Indonesia.
Hari Sabtu dan Minggu dalam minggu ini adalah hari bersejarah dalam hidupku. Semua rahasia si jahat terkuak. Ceritanya dimulai saat aku berjalan lesu ke kantin sekolah. Aku disambut dengan menyebalkan oleh teman-teman dan Ibu Kantin mata duitan itu. Mereka ternyata mengetahui kalau aku mencuri jam tangan tetanggaku itu. Hah, si jahat memang berubah manjadi siluman iblis. Bukan beruang siluman lagi. Seandainya aku kepala sekolah, aku sudah mengeluarkannya semenjak dulu. Siapa coba, yang bisa bertahan dengannya? Aku yakin tidak ada. Orang jahat sekalipun tidak bisa bertahan dengannya. Dia memang tidak berguna bagi nusa, bangsa, dan agama. Aku pastikan, dia tidak pernah berguna bagi keluarganya. Kapan aku lihat orangtuanya bersimpati dengannya?
Aku mulai mencari-cari bangku kosong di kantin. Satu-satunya bangku kosong ada di pojok kantin, yang di bawah mejanya terdapat banyak permen karet bekas ditempel di dinding meja. Tempatnya juga bau, entah bau apa, tapi berbau air selokan. Sungguh menjijikan. Tapi tak apalah, aku sangat pegal karena kakiku bergerak terus. Saat itulah, teman tk-ku, Riana, datang menghampiriku. Dia bertanya kenapa aku lesu, lalu aku menceritakan semuanya. “Yah, Emerald memang begitu. Aku pernah tak sengaja menyenggolnya, lalu dia memaki-maki aku. Padahal hanya menyenggol sedikit kok. Tidak jatuh, luka, ataupun tergores. Benar-benar orang yang gampang naik pitam. Aku juga tidak percaya kau mencuri kue dan jam, Brani. Aku melihat Emerald menyogok Bu Kantin sialan itu dan memulai aksinya. Aku juga melihat Emerald mengambil jam tangan mahal itu dari tetanggamu dengan cara mengendap-endap ke rumahnya lalu menaruhnya di laci itu. Kamu sedang pergi dan tetanggamu juga sedang pergi. Jadi mudah untuk melakukannya” kata Riana berterus terang padaku. “Bukannya kau memberitahuku sedari dulu!! Kini sudah terlambat! Percuma, tau!” kataku naik pitam. “Sabar Brani! Ini ada gunanya! Pernyataan ini bisa digunakan untuk mengumpulkan teman-teman yang merasakan hal ini! Setelah banyak, kita bisa membicarakan masalah ini dengan kepala sekolah. Emerald bisa saja dikeluarkan atau diskors atau hal lainnya. Mau?” kata Riana dengan kata “mau”-nya yang mengikuti iklan sebuah operator di televisi. Aku berpikir, dan berkata…YA!!!
Kami mengunjungi semua teman-teman kami dan bercerita. Ternyata mereka juga mengalami hal semacam ini. Bahkan ada, yang rela tidak masuk seminggu demi menghindari si jahat. Setelah kami rasa cukup, ada seorang anak bersusah payah mengikuti kami dari belakang. Saat kami akan mengetuk ruang Kepala Sekolah, Pak Hasan, anak itu berteriak memanggil namaku.
“Brani! Aku juga disakiti oleh Emerald! Dia pura-pura menjadi sahabatku, lalu dia membuangku begitu saja seperti tisu bekas! Aku menyesal menjauhimu hanya gara-gara makhluk itu!!!” teriak anak yang sedari tadi mengikuti kami. Aku hanya termenung, lalu menoleh ke belakang. Ternyata Lilla!!!
“Lilla…??? Bukannya kamu bersekongkol dengan si jahat itu?” kata seorang anak laki-laki di kelompok kami. Kalau tidak salah namanya David. Ya, ya! Benar, namanya David Spudinski. Dia memang tidak pernah berhenti berbicara. Itu sudah diketahui satu sekolah. Aku juga mendapat kabar angin kalau ada anak baru di kelas satu, tahu tentang cerewetnya David! David sudah terlalu terkenal.
“Tidak, David. Aku tidak berteman dengannya lagi. Dia kini hanya menganggapku sebagai sampah. Dia mendekatiku hanya untuk menghancurkan persahabatan kita, Brani! Dia iri pada kita. Tapi dia hanya menemaniku karena aku cukup terkenal dan mengikuti berbagai aktivitas. Oleh karena itu, Orangtuanya pun menyuruh Emerald untuk mendekatiku. Orangtuanya juga menyuruh Emerald mencontek padaku agar nilainya baik. Aku tau semua ini dari sepupu Emerald yang baik bukan main” jawab Lilla.
Hening. Tidak ada yang berbisik-bisik. Setiap orang yang lewat diam mendengarkan, termasuk guru-guru dan Kepala Sekolah yang ternyata baru selesai rapat. Satu-satunya anak yang tidak mendengarkan adalah si jahat sendiri. Dia sibuk memakan coklat di kantin. Bahkan, Bu Kantin mata duitan dan Pak Satpam juga mendengarkan. Ratusan orang mendengarkan kami. Mendengarkan semua kenyataan pahit yang barusan kami bicarakan. Mendengarkan tentang kebodohan mereka yang seenaknya saja menghina kami karena kami dijebak oleh si jahat tapi malah kami yang dihina. Banyak tetanggaku yang sebaya denganku bersekolah disini termasuk anak pemilik jam Wels itu. Dia juga ikut mendengarkan. Dia menangis, menyesali tindakannya selama ini. Menyesali dirinya sendiri karena memusuhiku. Yang paling terkejut adalah guru-guru dan Kepala Sekolah karena tak menyangka ada murid sadis dibalik murid-muridnya yang berprestasi itu.
Saat si jahat datang, aku melihat keheranan terbersit di wajahnya. Tentu saja dia heran, karena seluruh siswa berkumpul di satu tempat. Dia heran, kenapa saat dia datang semua memandangnya dengan tidak ramah. Semua berbisik, apa-apaan anak jahat ini datang kemari?! Sebaiknya dikeluarkan saja!. Aku dapat mendengarnya. Aku juga berpikir seperti itu, kok. Pemikiran itu bagiku tidak salah. Aku malah menyetujuinya. Sangat menyetujuinya.
Setelah kejadian itu, semua seakan normal kembali. Hanya, saat bel pulang berbunyi, saat itu juga si jahat dipanggil ke ruang Kepala Sekolah. Kabarnya, si jahat itu dimarahi dan dikeluarkan. Tapi itu tidak pasti. Guru-guru saja tidak tahu ada apa di dalam. Tidak ada yang tahu.
Karena penasaran, aku mengunjungi sepupu si jahat yang diceritakan Lilla itu. Ternyata namanya Rainbow. Nama yang unik. Dan benar, Rainbow itu baik sekali. Aku senang bermain bersamanya. Disela-sela bermain, aku bertanya pada Rainbow tentang si jahat. “Kak Emerald katanya dikeluarkan dan kembali ke rumahnya yang lama, di Swiss. Di sekolah yang lama, dia berubah total. Katanya menjadi ramah, baik lagi. Mungkin kapok” cerita Rainbow. Aku menghela napas. Lega rasanya. Kini, aku tidak akan melihat si jahat lagi. Tapi berganti menjadi si baik.
Namaku Brani. Aku sekarang duduk di kelas 6 SD. Sekolahku bernama SD Bunga Matahari. Memang, di kelas aku punya banyak teman. Tapi hanya ada satu sahabatku: Lilla Veinna
Lilla adalah anak yang baik sekali. Aku saja, yang bukan keluarganya, dan orangtuaku juga tidak mengenalnya, merasa sangat akrab dengannya. Setelah agak besar, akhirnya aku sadar kalau keakraban kami itu dikarenakan Lilla sangat baik.
Tapi, akhir-akhir ini kami memulai persahabatan kami dari awal. Kenapa? Kenapa tidak dilanjutkan saja? Ini ceritanya:
Kira-kira minggu lalu, tiba-tiba langit mendung. Lalu angin datang dengan sangat tidak sopan. Kupikir angin itu sedang punya masalah. Tapi sepertinya bukan hanya angin yang bermasalah. Aku juga bermasalah karena tepat saat angin berkecamuk, datang anak baru yang menghancurkan hidupku sekaligus merenggut sahabatku.
Setelah murid jahat itu masuk, Bu Guru kami memperkenalkannya dengan bangga dan lembut. Padahal tidak usah seperti itu, karena memperkenalkannya sama saja seperti memperkenalkan beruang yang kelaparan.
Setelah diperkenalkan, aku tahu kalau namanya Emerald. Jika sekedar melihat wajahnya, kamu takkan tahu kalau dia punya akal bulus karena wajahnya sangat cantik. Wajahnya seperti putri-putri di negeri dongeng. Sangat manis dan imut. Itu kalau tidak berdandan. Kalau berdandan, siapapun yang melihatnya tentu akan terbengong-bengong. Dia terlalu cantik.
Tapi, jauh dari hal itu, hatinya sangat mengerikan. Seperti yang aku bilang di awal, dia itu beruang. Baik lapar atau tidak, tetap saja ganas. Dan yang paling mengerikan, dia bisa saja membuat orang lain sakit hati meski orang itu tak kenal atau tak ada urusan dengannya. Hanya untuk kesenangan pribadi. Seperti yang ia lakukan padaku. Jika kau mengikuti seluruh ceritanya, dari judul hingga kata “tamat”, kau akan tau kalau aku tidak punya setitik dosa pada makhluk itu. Setitik pun!
Setelah diperkenalkan, Emerald tiba-tiba saja singgah di sebelah Lilla. Huuh…, apaan sih??!! Sepertinya mulai ada tanda-tanda dia akan mencari masalah denganku.Saat aku menoleh padanya, dia menatapku dengan sinis. Dasar!
Saat istirahat juga begitu. Waktu aku menarik tangan Lilla keluar kelas untuk membicarakan masalahku dengan si jahat itu, si jahat malah menarik tangan Lilla dan memperkenalkan dirinya. Lilla kan sudah tau semua?!@-&*^% Tapi, karena Lilla itu baik, jadi Lilla senang-senang saja. Mereka justru tertawa bersama dan pergi ke kantin tanpa mengajakku. APA SIH MAKSUDNYA???
Selama empat hari penuh, begitu terus. Akhirnya aku mengambil pelajaran: Orang jahat kebanyakan berwajah cantik. Jadi berhati-hatilah pada orang cantik kecuali kau mengenalnya dengan baik.
Lilla pun sering bersikap tak adil padaku. Contohnya, waktu hari Selasa kemarin. Kami bertiga (sebenarnya aku tak pernah menganggap si jahat ada) berjalan-jalan ke toko es krim terkemuka di blok sebelah. Banyak sekali yang membeli. Untung saat giliran kami, es krimnya masih banyak. Tapi, si jahat (terbiasalah dengan kata-kata “si jahat” karena sepanjang perkataanku aku takkan menuliskan nama Emerald) ingin es krim tipe Banana Triple Chocolate yang sangat mahal. Karena yang membayar Lilla, Lilla menatap kami berdua. Aku sih hanya menginginkan es krim rasa Vanilla Chocolate yang termurah tapi lezat, tidak seperti Banana Triple Chocolate yang sangat memuakkan di toko ini. Berbeda dengan toko lain yang lezatnya minta ampun. Kabarnya koki lama pembuat Banana Triple Chocolate di sini sedang pulang kampung. Lalu, Lilla berkata, “Kalau begitu Emerald saja yang mendapatkan es krim ya? Soalnya uangku terbatas. Tidak apa-apa kan Brani?” kata Lilla. Aku hanya terdiam sambil menatap menu es krim yang terpampang di dinding dekat meja pesanan. Lalu aku berbalik dan keluar toko es krim. Aku hanya akan membeli anggur dan susu di supermarket. Tapi saat kuberbalik melihat si jahat dan Lilla di toko es krim, aku melihat Lilla juga memesan Banana Triple Chocolate yang mahal. Berarti dia punya uang lebih, kan??!! Mengapa membeli Vanilla Chocolate yang murah saja tidak sanggup?! Tak kulihat harga Vanilla Chocolate naik! Dasar pengkhianat!!!
Selain kejadian diatas, masih banyak kejadian tak adil lainnya. Benar-benar menyedihkan!
Lalu, kemarin, hari Rabu, si jahat kembali membuat onar. Dia mengumumkan pada teman-teman sekelas bahwa aku mencuri beberapa kue favorit teman-temanku dari kantin sekolah. Agar lebih meyakinkan, si jahat membayar Ibu Penjaga Kantin untuk mendukungnya. Jadi, saat mengumumkan kebohongan sadis itu, ada yang memperkuat pernyataannya. Sekarang aku tahu kalau dia itu benar-benar beruang siluman yang menyamar jadi manusia berakal bulus.
Hari ini, hari Kamis pukul 13.50, terjadi keonaran di rumah tetanggaku dan rumahku, tentunya. Tetanggaku mengaku kehilangan jam mahal yang dibelikan ayahnya dari Paris. Dan, jam mahal merek Wels itu ditemukan di kamarku. Tepatnya di laci tempat menaruh benda-benda rahasiaku. Tentu saja menjadi repot. Tetanggaku itu menjadi benci padaku dan tidak mau bermain lagi denganku. Lilla juga jadi selalu curiga padaku kalau aku mendekati barang-barangnya. Belum lagi keluargaku. Mereka yang tidak tahu-menahu tentang siapa yang melakukan kejailan ini, sangat menyayangkan aku melakukan ini. Dalam hati, aku berteriak keras-keras kalau mereka sok tahu. Tapi memang iya, kan?? Kenapa harus aku sih, yang menerima kenyataan pahit ini?! Kenapa bukan orang-orang yang lebih berdosa saja daripada aku yang menerima kenyataan ini? Bukankah orang-orang seperti pencopet atau penjudi lebih pantas mendapatkan hal semacam ini? Kenapa, kenapa, kenapa?!?!
Sebenarnya, aku pernah berpikir untuk menjadi cantik. Tapi, setelah melihat si jahat dengan wajah cantiknya, aku mengurungkan mimpi itu. Aku juga ingin punya nama indah seperti Miracle, Rainbow, atau yang lainnya. Tapi setelah melihat si jahat dengan nama indahnya, aku mengurungkan impianku itu. Banyak sekali impianku. Tapi setelah melihat semuanya ada dalam diri si jahat, dan sifatnya juga jahat, aku mengurungkan semua impian itu. Lagipula, kata mamaku aku cantik seperti orang Indonesia asli. Tak ada campuran belahan dunia lain. Lalu, namaku mempunyai arti yang indah sekali. Namaku Brani Suci. Artinya, ya bendera pusaka negeri ini. Brani, maksudnya adalah berani. Maksudnya arti warna merah di bendera merah putih. Suci, mengartikan warna putih di bendera merah putih. Indah, kan?? Membuat rasa nasionalisme tumbuh pada diriku. Memang harus, aku kan orang Indonesia.
Hari Sabtu dan Minggu dalam minggu ini adalah hari bersejarah dalam hidupku. Semua rahasia si jahat terkuak. Ceritanya dimulai saat aku berjalan lesu ke kantin sekolah. Aku disambut dengan menyebalkan oleh teman-teman dan Ibu Kantin mata duitan itu. Mereka ternyata mengetahui kalau aku mencuri jam tangan tetanggaku itu. Hah, si jahat memang berubah manjadi siluman iblis. Bukan beruang siluman lagi. Seandainya aku kepala sekolah, aku sudah mengeluarkannya semenjak dulu. Siapa coba, yang bisa bertahan dengannya? Aku yakin tidak ada. Orang jahat sekalipun tidak bisa bertahan dengannya. Dia memang tidak berguna bagi nusa, bangsa, dan agama. Aku pastikan, dia tidak pernah berguna bagi keluarganya. Kapan aku lihat orangtuanya bersimpati dengannya?
Aku mulai mencari-cari bangku kosong di kantin. Satu-satunya bangku kosong ada di pojok kantin, yang di bawah mejanya terdapat banyak permen karet bekas ditempel di dinding meja. Tempatnya juga bau, entah bau apa, tapi berbau air selokan. Sungguh menjijikan. Tapi tak apalah, aku sangat pegal karena kakiku bergerak terus. Saat itulah, teman tk-ku, Riana, datang menghampiriku. Dia bertanya kenapa aku lesu, lalu aku menceritakan semuanya. “Yah, Emerald memang begitu. Aku pernah tak sengaja menyenggolnya, lalu dia memaki-maki aku. Padahal hanya menyenggol sedikit kok. Tidak jatuh, luka, ataupun tergores. Benar-benar orang yang gampang naik pitam. Aku juga tidak percaya kau mencuri kue dan jam, Brani. Aku melihat Emerald menyogok Bu Kantin sialan itu dan memulai aksinya. Aku juga melihat Emerald mengambil jam tangan mahal itu dari tetanggamu dengan cara mengendap-endap ke rumahnya lalu menaruhnya di laci itu. Kamu sedang pergi dan tetanggamu juga sedang pergi. Jadi mudah untuk melakukannya” kata Riana berterus terang padaku. “Bukannya kau memberitahuku sedari dulu!! Kini sudah terlambat! Percuma, tau!” kataku naik pitam. “Sabar Brani! Ini ada gunanya! Pernyataan ini bisa digunakan untuk mengumpulkan teman-teman yang merasakan hal ini! Setelah banyak, kita bisa membicarakan masalah ini dengan kepala sekolah. Emerald bisa saja dikeluarkan atau diskors atau hal lainnya. Mau?” kata Riana dengan kata “mau”-nya yang mengikuti iklan sebuah operator di televisi. Aku berpikir, dan berkata…YA!!!
Kami mengunjungi semua teman-teman kami dan bercerita. Ternyata mereka juga mengalami hal semacam ini. Bahkan ada, yang rela tidak masuk seminggu demi menghindari si jahat. Setelah kami rasa cukup, ada seorang anak bersusah payah mengikuti kami dari belakang. Saat kami akan mengetuk ruang Kepala Sekolah, Pak Hasan, anak itu berteriak memanggil namaku.
“Brani! Aku juga disakiti oleh Emerald! Dia pura-pura menjadi sahabatku, lalu dia membuangku begitu saja seperti tisu bekas! Aku menyesal menjauhimu hanya gara-gara makhluk itu!!!” teriak anak yang sedari tadi mengikuti kami. Aku hanya termenung, lalu menoleh ke belakang. Ternyata Lilla!!!
“Lilla…??? Bukannya kamu bersekongkol dengan si jahat itu?” kata seorang anak laki-laki di kelompok kami. Kalau tidak salah namanya David. Ya, ya! Benar, namanya David Spudinski. Dia memang tidak pernah berhenti berbicara. Itu sudah diketahui satu sekolah. Aku juga mendapat kabar angin kalau ada anak baru di kelas satu, tahu tentang cerewetnya David! David sudah terlalu terkenal.
“Tidak, David. Aku tidak berteman dengannya lagi. Dia kini hanya menganggapku sebagai sampah. Dia mendekatiku hanya untuk menghancurkan persahabatan kita, Brani! Dia iri pada kita. Tapi dia hanya menemaniku karena aku cukup terkenal dan mengikuti berbagai aktivitas. Oleh karena itu, Orangtuanya pun menyuruh Emerald untuk mendekatiku. Orangtuanya juga menyuruh Emerald mencontek padaku agar nilainya baik. Aku tau semua ini dari sepupu Emerald yang baik bukan main” jawab Lilla.
Hening. Tidak ada yang berbisik-bisik. Setiap orang yang lewat diam mendengarkan, termasuk guru-guru dan Kepala Sekolah yang ternyata baru selesai rapat. Satu-satunya anak yang tidak mendengarkan adalah si jahat sendiri. Dia sibuk memakan coklat di kantin. Bahkan, Bu Kantin mata duitan dan Pak Satpam juga mendengarkan. Ratusan orang mendengarkan kami. Mendengarkan semua kenyataan pahit yang barusan kami bicarakan. Mendengarkan tentang kebodohan mereka yang seenaknya saja menghina kami karena kami dijebak oleh si jahat tapi malah kami yang dihina. Banyak tetanggaku yang sebaya denganku bersekolah disini termasuk anak pemilik jam Wels itu. Dia juga ikut mendengarkan. Dia menangis, menyesali tindakannya selama ini. Menyesali dirinya sendiri karena memusuhiku. Yang paling terkejut adalah guru-guru dan Kepala Sekolah karena tak menyangka ada murid sadis dibalik murid-muridnya yang berprestasi itu.
Saat si jahat datang, aku melihat keheranan terbersit di wajahnya. Tentu saja dia heran, karena seluruh siswa berkumpul di satu tempat. Dia heran, kenapa saat dia datang semua memandangnya dengan tidak ramah. Semua berbisik, apa-apaan anak jahat ini datang kemari?! Sebaiknya dikeluarkan saja!. Aku dapat mendengarnya. Aku juga berpikir seperti itu, kok. Pemikiran itu bagiku tidak salah. Aku malah menyetujuinya. Sangat menyetujuinya.
Setelah kejadian itu, semua seakan normal kembali. Hanya, saat bel pulang berbunyi, saat itu juga si jahat dipanggil ke ruang Kepala Sekolah. Kabarnya, si jahat itu dimarahi dan dikeluarkan. Tapi itu tidak pasti. Guru-guru saja tidak tahu ada apa di dalam. Tidak ada yang tahu.
Karena penasaran, aku mengunjungi sepupu si jahat yang diceritakan Lilla itu. Ternyata namanya Rainbow. Nama yang unik. Dan benar, Rainbow itu baik sekali. Aku senang bermain bersamanya. Disela-sela bermain, aku bertanya pada Rainbow tentang si jahat. “Kak Emerald katanya dikeluarkan dan kembali ke rumahnya yang lama, di Swiss. Di sekolah yang lama, dia berubah total. Katanya menjadi ramah, baik lagi. Mungkin kapok” cerita Rainbow. Aku menghela napas. Lega rasanya. Kini, aku tidak akan melihat si jahat lagi. Tapi berganti menjadi si baik.
=TAMAT=
2 komentar:
Sarah...dalam tulisannya kelihatan memiliki daya nalar yang tinggi...alur bahasanya sudah sempurna..seperti orang dewasa yang menulis...strukutr bahasanya dirajut dengan amat baik...opening dan endingnya juga kelihatan pas...Sarah tampil dengan alam pemikiran seorang anak...dengan pembobotan yang agak di atas rata-rata...
Yang mau saya katakan adalah kita harus mengukur Sarah sebagai anak ...bukan mengukur Sarah seperti Ayu Utami...atau NH Dini...atau Dewi Lestari...
Selanjutnya yang mau saya katakan adalah...Bakat adalah Anugerah.... Tapi anugerah yang diidamkan adalah seperti melempar benih di atas batu. Oleh karenanya, bagi siapa pun yang mengenal Sarah, atau berhubungan dengan lingkungan Sarah, wajib menyediakan tanah yang subur, agar benih itu bertumbuh baik, sehat, dan menghasilkan, menghasilkan buah...Kita harus melindunginya dari rumput liar di sekeliling benih itu...tanah tempat dia bertumbuh harus selalu subur dan gembur...kita harus menyiramnya...merawatnya, memberikan sinar yang cukup dan tidak berlebihan...memberikan pupuk yang pas..memberikan air yang cukup...kita semua wajib menghantar anak yang dengan bakat besar ini untuk menjadi penulis yang produktif dan berkelas...adalah dosa kalau kita membiarkan Sarah 'layu sebelum berkembang' dalam bakatnya yang besar ini...
Good...maju terus...Forza Sarah...!
(oom gerry - praktisi media & wartawan senior)
Funtastic...
Brilian...
Aku jadi Iri...
Success for You...
Posting Komentar