Selasa, 24 Juni 2008

Guri Gurita Si Pahlawan



(illustration & story written by Sarah Fauziyyah Hana)




Pada suatu hari, di dasar lautan, hiduplah seekor gurita kecil bernama Guri. Guri selalu diejek teman-temannya karena bentuknya yang aneh. Teman-temannya selalu berkata kalau Guri itu jelek, punya banyak kaki, dan lainnya. Tapi Guri berusaha untuk selalu sabar.



“Haha… Kamu jelek sekali, Guri!” kata Bubung si ikan kembung. “Iya, kamu jeleknya minta ampun!” sambung Nono si ikan badut. Guri hanya diam, tak mampu berkata apa-apa. Guri sedih sekali, karena teman-temannya mengejek Guri. Beberapa saat kemudian, datang Vivo si ikan hiu. Vivo juga sama, mengejek Guri. Bahkan, ejekan Vivo sangat kejam melebihi Bubung dan Nono. Karena tak tahan, Guri berenang pulang ke rumahnya sambil menangis.
Saat sampai di rumah, ternyata ibu Guri sudah menyiapkan makan siang khusus untuk Guri. Waktu melihat wajah Guri, ibu Guri bertanya kenapa Guri menangis. “Guri, kamu kenapa nak? Kok menangis?” tanya ibu Guri dengan cemas. “Guri diejek, Bu. Teman-teman Guri bilang, Guri jelek sekali. Guri sedih Bu…” kata Guri sambil terus menangis.
“Guri, apapun kejelekanmu, kamu itu sangat berguna. Kamu bisa membantu teman-temanmu itu dengan tinta yang ada di tubuhmu.” Jelas ibu Guri kepada Guri. “Bu, mereka tidak butuh bantuan Guri. Mereka kan, lebih cantik dan indah. Jadi mereka bisa berbuat banyak.” kata Guri pada Ibu Guri. “Tidak! Itu sama sekali tidak benar! Coba perhatikan Vivo si ikan hiu. Dia itu berkulit mulus dan cemerlang, tapi kerjanya hanya membahayakan manusia dan ikan-ikan. Lalu Ulul si ular laut, yang sisiknya berwarna-warni indah. Tapi kerjanya membahayakan manusia dan hewan-hewan kecil di laut. Sementara kamu?!” jawab ibu Guri marah. Guri hanya terdiam, lalu segera ke meja makan untuk makan siang.


Pada keesokan harinya, Guri sedang bermain bersama para anemon laut di taman. Karena para anemon laut hanya bisa diam di tempat, maka Guri pun hanya bisa duduk dan bermain. Saat sedang seru bermain bersama para anemon, tiba-tiba dari kejauhan terdengar suara teriakan. Itu seperti suara Nono si ikan badut.


“Tolong…tolong! Tolong aku!” teriak Nono. Mendengar itu, Guri langsung pergi menuju tempat itu. Ternyata, Nono sedang ditangkap oleh seorang anak nelayan untuk dijual!
Guri tentu tidak mau kehilangan temannya. Guri langsung mengeluarkan tintanya untuk menyelamatkan Nono dan berhasil!


Anak nelayan itu lalu pergi meninggalkan Guri dan Nono. “Wah… Terimakasih sekali, Guri! Aku tidak menyangka, kalau kau ternyata baik sekali. Aku sekarang mau berteman denganmu. Sekali lagi, terimakasih ya Guri…” kata Nono berterimakasih pada Guri.
“Aku mau memaafkanmu, Nono. Karena, aku akan punya teman selain anemon laut itu. Jadi, aku bisa bermain sambil berlari. Duh…aku senang sekali.” Jawab Guri.
Tanpa mereka sadari, semua teman-teman yang suka mengejek Guri bersembunyi dibalik para anemon laut. Mereka sadar, kalau tidak boleh menilai orang dari tampangnya. Lalu, satu persatu mereka keluar dan meminta maaf pada Guri. Mereka berjanji tidak akan mengulangi kesalahan mereka.




@Tamat@

Kamis, 19 Juni 2008

Aku, Kamu dan Dia

(by Sarah Fauziyyah Hana)


Namaku Brani. Aku sekarang duduk di kelas 6 SD. Sekolahku bernama SD Bunga Matahari. Memang, di kelas aku punya banyak teman. Tapi hanya ada satu sahabatku: Lilla Veinna
Lilla adalah anak yang baik sekali. Aku saja, yang bukan keluarganya, dan orangtuaku juga tidak mengenalnya, merasa sangat akrab dengannya. Setelah agak besar, akhirnya aku sadar kalau keakraban kami itu dikarenakan Lilla sangat baik.
Tapi, akhir-akhir ini kami memulai persahabatan kami dari awal. Kenapa? Kenapa tidak dilanjutkan saja? Ini ceritanya:

Kira-kira minggu lalu, tiba-tiba langit mendung. Lalu angin datang dengan sangat tidak sopan. Kupikir angin itu sedang punya masalah. Tapi sepertinya bukan hanya angin yang bermasalah. Aku juga bermasalah karena tepat saat angin berkecamuk, datang anak baru yang menghancurkan hidupku sekaligus merenggut sahabatku.
Setelah murid jahat itu masuk, Bu Guru kami memperkenalkannya dengan bangga dan lembut. Padahal tidak usah seperti itu, karena memperkenalkannya sama saja seperti memperkenalkan beruang yang kelaparan.
Setelah diperkenalkan, aku tahu kalau namanya Emerald. Jika sekedar melihat wajahnya, kamu takkan tahu kalau dia punya akal bulus karena wajahnya sangat cantik. Wajahnya seperti putri-putri di negeri dongeng. Sangat manis dan imut. Itu kalau tidak berdandan. Kalau berdandan, siapapun yang melihatnya tentu akan terbengong-bengong. Dia terlalu cantik.
Tapi, jauh dari hal itu, hatinya sangat mengerikan. Seperti yang aku bilang di awal, dia itu beruang. Baik lapar atau tidak, tetap saja ganas. Dan yang paling mengerikan, dia bisa saja membuat orang lain sakit hati meski orang itu tak kenal atau tak ada urusan dengannya. Hanya untuk kesenangan pribadi. Seperti yang ia lakukan padaku. Jika kau mengikuti seluruh ceritanya, dari judul hingga kata “tamat”, kau akan tau kalau aku tidak punya setitik dosa pada makhluk itu. Setitik pun!

Setelah diperkenalkan, Emerald tiba-tiba saja singgah di sebelah Lilla. Huuh…, apaan sih??!! Sepertinya mulai ada tanda-tanda dia akan mencari masalah denganku.Saat aku menoleh padanya, dia menatapku dengan sinis. Dasar!
Saat istirahat juga begitu. Waktu aku menarik tangan Lilla keluar kelas untuk membicarakan masalahku dengan si jahat itu, si jahat malah menarik tangan Lilla dan memperkenalkan dirinya. Lilla kan sudah tau semua?!@-&*^% Tapi, karena Lilla itu baik, jadi Lilla senang-senang saja. Mereka justru tertawa bersama dan pergi ke kantin tanpa mengajakku. APA SIH MAKSUDNYA???

Selama empat hari penuh, begitu terus. Akhirnya aku mengambil pelajaran: Orang jahat kebanyakan berwajah cantik. Jadi berhati-hatilah pada orang cantik kecuali kau mengenalnya dengan baik.
Lilla pun sering bersikap tak adil padaku. Contohnya, waktu hari Selasa kemarin. Kami bertiga (sebenarnya aku tak pernah menganggap si jahat ada) berjalan-jalan ke toko es krim terkemuka di blok sebelah. Banyak sekali yang membeli. Untung saat giliran kami, es krimnya masih banyak. Tapi, si jahat (terbiasalah dengan kata-kata “si jahat” karena sepanjang perkataanku aku takkan menuliskan nama Emerald) ingin es krim tipe Banana Triple Chocolate yang sangat mahal. Karena yang membayar Lilla, Lilla menatap kami berdua. Aku sih hanya menginginkan es krim rasa Vanilla Chocolate yang termurah tapi lezat, tidak seperti Banana Triple Chocolate yang sangat memuakkan di toko ini. Berbeda dengan toko lain yang lezatnya minta ampun. Kabarnya koki lama pembuat Banana Triple Chocolate di sini sedang pulang kampung. Lalu, Lilla berkata, “Kalau begitu Emerald saja yang mendapatkan es krim ya? Soalnya uangku terbatas. Tidak apa-apa kan Brani?” kata Lilla. Aku hanya terdiam sambil menatap menu es krim yang terpampang di dinding dekat meja pesanan. Lalu aku berbalik dan keluar toko es krim. Aku hanya akan membeli anggur dan susu di supermarket. Tapi saat kuberbalik melihat si jahat dan Lilla di toko es krim, aku melihat Lilla juga memesan Banana Triple Chocolate yang mahal. Berarti dia punya uang lebih, kan??!! Mengapa membeli Vanilla Chocolate yang murah saja tidak sanggup?! Tak kulihat harga Vanilla Chocolate naik! Dasar pengkhianat!!!
Selain kejadian diatas, masih banyak kejadian tak adil lainnya. Benar-benar menyedihkan!

Lalu, kemarin, hari Rabu, si jahat kembali membuat onar. Dia mengumumkan pada teman-teman sekelas bahwa aku mencuri beberapa kue favorit teman-temanku dari kantin sekolah. Agar lebih meyakinkan, si jahat membayar Ibu Penjaga Kantin untuk mendukungnya. Jadi, saat mengumumkan kebohongan sadis itu, ada yang memperkuat pernyataannya. Sekarang aku tahu kalau dia itu benar-benar beruang siluman yang menyamar jadi manusia berakal bulus.

Hari ini, hari Kamis pukul 13.50, terjadi keonaran di rumah tetanggaku dan rumahku, tentunya. Tetanggaku mengaku kehilangan jam mahal yang dibelikan ayahnya dari Paris. Dan, jam mahal merek Wels itu ditemukan di kamarku. Tepatnya di laci tempat menaruh benda-benda rahasiaku. Tentu saja menjadi repot. Tetanggaku itu menjadi benci padaku dan tidak mau bermain lagi denganku. Lilla juga jadi selalu curiga padaku kalau aku mendekati barang-barangnya. Belum lagi keluargaku. Mereka yang tidak tahu-menahu tentang siapa yang melakukan kejailan ini, sangat menyayangkan aku melakukan ini. Dalam hati, aku berteriak keras-keras kalau mereka sok tahu. Tapi memang iya, kan?? Kenapa harus aku sih, yang menerima kenyataan pahit ini?! Kenapa bukan orang-orang yang lebih berdosa saja daripada aku yang menerima kenyataan ini? Bukankah orang-orang seperti pencopet atau penjudi lebih pantas mendapatkan hal semacam ini? Kenapa, kenapa, kenapa?!?!

Sebenarnya, aku pernah berpikir untuk menjadi cantik. Tapi, setelah melihat si jahat dengan wajah cantiknya, aku mengurungkan mimpi itu. Aku juga ingin punya nama indah seperti Miracle, Rainbow, atau yang lainnya. Tapi setelah melihat si jahat dengan nama indahnya, aku mengurungkan impianku itu. Banyak sekali impianku. Tapi setelah melihat semuanya ada dalam diri si jahat, dan sifatnya juga jahat, aku mengurungkan semua impian itu. Lagipula, kata mamaku aku cantik seperti orang Indonesia asli. Tak ada campuran belahan dunia lain. Lalu, namaku mempunyai arti yang indah sekali. Namaku Brani Suci. Artinya, ya bendera pusaka negeri ini. Brani, maksudnya adalah berani. Maksudnya arti warna merah di bendera merah putih. Suci, mengartikan warna putih di bendera merah putih. Indah, kan?? Membuat rasa nasionalisme tumbuh pada diriku. Memang harus, aku kan orang Indonesia.

Hari Sabtu dan Minggu dalam minggu ini adalah hari bersejarah dalam hidupku. Semua rahasia si jahat terkuak. Ceritanya dimulai saat aku berjalan lesu ke kantin sekolah. Aku disambut dengan menyebalkan oleh teman-teman dan Ibu Kantin mata duitan itu. Mereka ternyata mengetahui kalau aku mencuri jam tangan tetanggaku itu. Hah, si jahat memang berubah manjadi siluman iblis. Bukan beruang siluman lagi. Seandainya aku kepala sekolah, aku sudah mengeluarkannya semenjak dulu. Siapa coba, yang bisa bertahan dengannya? Aku yakin tidak ada. Orang jahat sekalipun tidak bisa bertahan dengannya. Dia memang tidak berguna bagi nusa, bangsa, dan agama. Aku pastikan, dia tidak pernah berguna bagi keluarganya. Kapan aku lihat orangtuanya bersimpati dengannya?
Aku mulai mencari-cari bangku kosong di kantin. Satu-satunya bangku kosong ada di pojok kantin, yang di bawah mejanya terdapat banyak permen karet bekas ditempel di dinding meja. Tempatnya juga bau, entah bau apa, tapi berbau air selokan. Sungguh menjijikan. Tapi tak apalah, aku sangat pegal karena kakiku bergerak terus. Saat itulah, teman tk-ku, Riana, datang menghampiriku. Dia bertanya kenapa aku lesu, lalu aku menceritakan semuanya. “Yah, Emerald memang begitu. Aku pernah tak sengaja menyenggolnya, lalu dia memaki-maki aku. Padahal hanya menyenggol sedikit kok. Tidak jatuh, luka, ataupun tergores. Benar-benar orang yang gampang naik pitam. Aku juga tidak percaya kau mencuri kue dan jam, Brani. Aku melihat Emerald menyogok Bu Kantin sialan itu dan memulai aksinya. Aku juga melihat Emerald mengambil jam tangan mahal itu dari tetanggamu dengan cara mengendap-endap ke rumahnya lalu menaruhnya di laci itu. Kamu sedang pergi dan tetanggamu juga sedang pergi. Jadi mudah untuk melakukannya” kata Riana berterus terang padaku. “Bukannya kau memberitahuku sedari dulu!! Kini sudah terlambat! Percuma, tau!” kataku naik pitam. “Sabar Brani! Ini ada gunanya! Pernyataan ini bisa digunakan untuk mengumpulkan teman-teman yang merasakan hal ini! Setelah banyak, kita bisa membicarakan masalah ini dengan kepala sekolah. Emerald bisa saja dikeluarkan atau diskors atau hal lainnya. Mau?” kata Riana dengan kata “mau”-nya yang mengikuti iklan sebuah operator di televisi. Aku berpikir, dan berkata…YA!!!

Kami mengunjungi semua teman-teman kami dan bercerita. Ternyata mereka juga mengalami hal semacam ini. Bahkan ada, yang rela tidak masuk seminggu demi menghindari si jahat. Setelah kami rasa cukup, ada seorang anak bersusah payah mengikuti kami dari belakang. Saat kami akan mengetuk ruang Kepala Sekolah, Pak Hasan, anak itu berteriak memanggil namaku.

“Brani! Aku juga disakiti oleh Emerald! Dia pura-pura menjadi sahabatku, lalu dia membuangku begitu saja seperti tisu bekas! Aku menyesal menjauhimu hanya gara-gara makhluk itu!!!” teriak anak yang sedari tadi mengikuti kami. Aku hanya termenung, lalu menoleh ke belakang. Ternyata Lilla!!!

“Lilla…??? Bukannya kamu bersekongkol dengan si jahat itu?” kata seorang anak laki-laki di kelompok kami. Kalau tidak salah namanya David. Ya, ya! Benar, namanya David Spudinski. Dia memang tidak pernah berhenti berbicara. Itu sudah diketahui satu sekolah. Aku juga mendapat kabar angin kalau ada anak baru di kelas satu, tahu tentang cerewetnya David! David sudah terlalu terkenal.
“Tidak, David. Aku tidak berteman dengannya lagi. Dia kini hanya menganggapku sebagai sampah. Dia mendekatiku hanya untuk menghancurkan persahabatan kita, Brani! Dia iri pada kita. Tapi dia hanya menemaniku karena aku cukup terkenal dan mengikuti berbagai aktivitas. Oleh karena itu, Orangtuanya pun menyuruh Emerald untuk mendekatiku. Orangtuanya juga menyuruh Emerald mencontek padaku agar nilainya baik. Aku tau semua ini dari sepupu Emerald yang baik bukan main” jawab Lilla.

Hening. Tidak ada yang berbisik-bisik. Setiap orang yang lewat diam mendengarkan, termasuk guru-guru dan Kepala Sekolah yang ternyata baru selesai rapat. Satu-satunya anak yang tidak mendengarkan adalah si jahat sendiri. Dia sibuk memakan coklat di kantin. Bahkan, Bu Kantin mata duitan dan Pak Satpam juga mendengarkan. Ratusan orang mendengarkan kami. Mendengarkan semua kenyataan pahit yang barusan kami bicarakan. Mendengarkan tentang kebodohan mereka yang seenaknya saja menghina kami karena kami dijebak oleh si jahat tapi malah kami yang dihina. Banyak tetanggaku yang sebaya denganku bersekolah disini termasuk anak pemilik jam Wels itu. Dia juga ikut mendengarkan. Dia menangis, menyesali tindakannya selama ini. Menyesali dirinya sendiri karena memusuhiku. Yang paling terkejut adalah guru-guru dan Kepala Sekolah karena tak menyangka ada murid sadis dibalik murid-muridnya yang berprestasi itu.

Saat si jahat datang, aku melihat keheranan terbersit di wajahnya. Tentu saja dia heran, karena seluruh siswa berkumpul di satu tempat. Dia heran, kenapa saat dia datang semua memandangnya dengan tidak ramah. Semua berbisik, apa-apaan anak jahat ini datang kemari?! Sebaiknya dikeluarkan saja!. Aku dapat mendengarnya. Aku juga berpikir seperti itu, kok. Pemikiran itu bagiku tidak salah. Aku malah menyetujuinya. Sangat menyetujuinya.

Setelah kejadian itu, semua seakan normal kembali. Hanya, saat bel pulang berbunyi, saat itu juga si jahat dipanggil ke ruang Kepala Sekolah. Kabarnya, si jahat itu dimarahi dan dikeluarkan. Tapi itu tidak pasti. Guru-guru saja tidak tahu ada apa di dalam. Tidak ada yang tahu.
Karena penasaran, aku mengunjungi sepupu si jahat yang diceritakan Lilla itu. Ternyata namanya Rainbow. Nama yang unik. Dan benar, Rainbow itu baik sekali. Aku senang bermain bersamanya. Disela-sela bermain, aku bertanya pada Rainbow tentang si jahat. “Kak Emerald katanya dikeluarkan dan kembali ke rumahnya yang lama, di Swiss. Di sekolah yang lama, dia berubah total. Katanya menjadi ramah, baik lagi. Mungkin kapok” cerita Rainbow. Aku menghela napas. Lega rasanya. Kini, aku tidak akan melihat si jahat lagi. Tapi berganti menjadi si baik.

=TAMAT=

Minggu, 15 Juni 2008

Putri Dan Tukang Kebun (by Sarah Fauziyyah Hana)

Pada suatu hari, hiduplah seorang Putri bernama Miracle. Putri Miracle sangat baik dan pintar. Ia juga gemar membantu orang lain. Banyak yang senang padanya, bahkan menganggapnya sebagai keluarga. Tapi, hanya ada satu kekurangannya: Dia membenci tumbuhan.
Ya, tepat sekali. Putri Miracle membenci tumbuhan. Apapun tumbuhan itu. Entah itu bunga, pepohonan, tumbuhan menjalar, ataupun semak belukar. Oleh karena itu, Putri Miracle sangat membenci halaman rumahnya (lebih tepat disebut istana, mungkin).
Tapi, disamping semua itu, Sang Putri mempunyai sahabat yang sangat bertolak belakang dengannya: Morris Si Tukang Kebun Istana. Sejak kecil, Morris dan Putri Miracle berteman baik. Tak ada yang tahu bagaimana mereka bisa sedekat itu, apalagi bisa menjadi sahabat. Memang, terkadang mereka bertengkar, tentunya karena masalah tumbuhan itu.
Sebenarnya, Morris sudah berkali-kali menjelaskan kalau tumbuhan itu sangat penting. Morris memberi tahu, kalau buah kesukaan Putri Miracle, yaitu mangga, berasal dari tumbuhan juga. Tapi, Putri Miracle memang keras kepala kalau sudah membicarakan tentang tumbuhan.

Pada suatu hari, saat Putri Miracle sedang termenung di kamarnya sambil menulis catatan, Putri Miracle teringat sesuatu, “Huuh…aku jadi ingat kejadian tadi siang. Ayah dan Perdana Menteri sedang membicarakan masalah tumbuhan di negeri ini. Katanya, pepohonan di negeri ini hampir habis. Berarti, aku tidak bisa makan buah mangga lagi, doong…” kata Putri Miracle sedih. Entah kenapa, Putri Miracle merasa bersalah atas kelakuannya selama ini. Yaa…mengabaikan tumbuhan-tumbuhan, bahkan membencinya. Saking sedihnya, tak terasa Putri Miracle telah tertidur nyenyak….
Saat terbangun, hari telah siang. Tapi, hari itu begitu panas. Tanah-tanah retak karena kekeringan. Tak terlihat berbagai jenis tumbuhan seperti biasanya. Terdapat banyak mayat-mayat di sisi jalan. Sepertinya mereka meninggal karena kekeringan. Putri sendiri menjadi sesak napas. Saat melihat ke ruang utama di istana, Ayahnya, Ibunya, Perdana Menteri, Prajurit, Para Pelayan, Ketua Pelayan, bahkan Dayang-Dayang pun terkapar begitu saja di lantai. Putri termenung sedih melihat keadaan ini.
Saat keluar rumah, satu-satunya yang ia lihat hanyalah sesosok laki-laki di sisi jalan. Waktu Putri melihat dari dekat, ternyata dia adalah Morris! Setelah tau dia itu Morris, Putri Miracle langsung menuju ke sisi jalan itu. “Morris…Morris…!!! Ini aku, Miracle!” teriak Putri Miracle sambil berlari. “Oh, Miracle!!! Bagaimana kamu bisa terbangun? Bukankah saat bencana terjadi, kamu tertidur pulas?” kata Morris. “Bencana apa? Dan kenapa semua ini bisa terjadi?” tanya Putri Miracle. “Sewaktu tadi pagi, saat kamu tertidur, segerombolan orang-orang yang membenci tumbuhan datang ke negeri ini. Mereka bilang, mereka mendapat berita kalau di negeri ini tumbuhan tumbuh subur. Jadi, mereka ingin menghancurkannya. Karena semua tumbuhan dibabat habis, manusia jadi tidak punya oksigen lagi. Makanya, kini semua makhluk di negeri ini mati. Hanya kita berdua yang masih hidup” jelas Morris panjang lebar. Mendengar hal itu, Putri Miracle menangis sedih. Dia menyesal pernah membenci tumbuhan. Sangat menyesal. Setelah mendengar semuanya, Putri Miracle berjanji tidak akan membenci tumbuhan lagi.

Saat menangis, tiba-tiba ada yang menegurnya, “Nak, bangun nak! Hari sudah siang! Semalam, kamu bergurau terus! Ada apa sih??” tegur ibu Putri Miracle, yaitu Ratu Seravina. “Haah…Bukannya tadi Ibu dan yang lainnya terkapar di ruang utama? Kenapa hidup lagi? Dan…bukannya tumbuhan habis semua karena segerombolan orang itu? Kenapa..” “Suut.. Yang barusan kamu ceritakan itu hanyalah mimpi, nak… Tidak akan terjadi kalau tidak ada pembenci tumbuhan…” kata Ratu Seravina memotong pertanyaan Putri Miracle yang panjang lebar. Setelah sadar, Putri Miracle berjanji tidak akan membenci tumbuhan lagi. Tepat seperti janji dalam mimpinya….

Minggu, 01 Juni 2008

Kelas 4b

Namaku Sarah Fauziyyah Hana. Aku bersekolah di SDNegeri Percobaan. Aku, berada di kelas 4b. Wali kelasku bernama Pak Ivan. Pak Ivan itu ...guru yang baik.

Oya, aku juga punya 2 sahabat baik. Namanya Salma dan Hanifah. Mereka berdua orang yang sangaaaat....baik. Tapi, tidak seperti pasangan sahabat yang lain, mereka berbeda jauh denganku.

Pertama, akan kujelaskan tentang Salma. Dia adalah sahabatku yang sifatnya paling berbeda denganku. Memang sih, kami sama-sama suka menggambar, membuat cerita, suka mengomeli Hanifah, dan membenci pelajaran tari-tarian. Tapi, perbedaan kami sangaaat banyak. Jauh lebih banyak dari persamaan kami. Misalnya, Salma menyukai seluruh lagu-lagu Yovie 'n Nuno, tapi aku tidak semua. Lalu, Salma sangat usil, sementara aku selalu berada dalam keusilannya. Huuh...Salma Nur Azizah...

Sekarang, aku akan menceritakan tentang Hanifah. Perbedaannya denganku tidak sebanyak perbedaanku dengan Salma. Sebenarnya, kami sama-sama suka sms-an, membuat komik, merencanakan sesuatu, dan masih banyak lagi. Tapi, perbedaan kami tidak kalah banyak. Dia menyukai minuman apapun rasa jambu, sementara aku tidak. Aku lebih suka buah jambu. Lalu, dia sangat-sangat boros, sementara aku jajan maksimal 2/3 kali dalam sehari.
Dasar, Hanifah Nur Ramadhania....

Selain 2 sahabatku yang aneh itu, ada satu orang teman yang setia mendengar curhatku.Namanya Ananda Hilma Lutfia Sudarsyah. Mulai dari boneka barbie-ku diejek, hingga aku yang dicuekin. Menurutku, dia orang yang sangat-sangat kreatif. Sejauh ini, kami berdua sudah membuat 3 buah permainan ala kami sendiri. Nama-nama permainan itu adalah: Akhirat-Akhiratan, Gegeprokan dan Print-Printan. Menurut orang, permainan itu aneh dan membosankan. Tapi, menurut kami berdua, permainan itu sangat menyenangkan. Kami juga membuat ramuan untuk membuat kuku menjadi halus. Kami berdua tak sengaja membuatnya. Sebenarnya, bukan hanya kami berdua yang bekerja membuat ramuan itu. Ada Salma dan Fauzan.

Nah...sekarang aku bercerita tentang seorang anak yang hampir semua halnya mirip denganku, tapi bukan teman dekatku. Namanya Ribka Cristabel. Hampir semua halnya mirip denganku. Terlalu banyak persamaannya untuk ditulis disini. Tapi dia orang yang sangat menyenangkan.

Setelah orang-orang diatas, ada seorang yang harus aku ceritakan. Dia adalah Ratu Utami Nur Fajrin. Dia adalah Ketua Kelas di kelasku. Orangnya ramah dan sabar. Yang paling kusuka darinya, dia pintar dan selalu berbau bunga melati. Aku senang berteman dengannya.

Mungkin, hanya itu saja yang aku dapat ceritakan untuk saat ini. Mungkin lain kali aku akan menceritakan lebih banyak. Terimakasih...!!!