Pada jaman dahulu kala, hiduplah seorang putri cantik yang bernama Dewi Sanggalangit. Dewi Sanggalangit tinggal di sebuah kerajaan yang terkenal di Kediri.
Saat putri beranjak dewasa, kecantikannya bertambah. Sampai-sampai, banyak raja dan pangeran dari negeri seberang yang ingin menikahinya. Banyak sekali lamaran dari raja-raja itu, tapi putri juga banyak sekali menolak lamaran itu.
Saat putri beranjak dewasa, kecantikannya bertambah. Sampai-sampai, banyak raja dan pangeran dari negeri seberang yang ingin menikahinya. Banyak sekali lamaran dari raja-raja itu, tapi putri juga banyak sekali menolak lamaran itu.
Orangtua putri, yaitu Raja dan Ratu, sampai dibuat pusing oleh putri keras kepala itu. Akhirnya, mereka memutuskan untuk berunding dengan putri. Setelah putri duduk disamping mereka, mereka pun memulai perundingan. “Nak, kenapa kamu tidak mau menikahi raja-raja itu? Mereka itu gagah, hebat” tanya Ratu. Putri sudah menduga orangtuanya akan bertanya seperti itu. “ Sebenarnya aku punya syarat untuk mereka. Mereka, raja-raja itu, harus membuat sebuah pertunjukkan tari-tarian, tetapi di pertunjukkan itu harus ada binatang berkepala dua dan 140 kuda kembar”. Mau bagaimana lagi, Ratu dan Raja pun menyanggupi permintaan putri semata wayangnya.
Akhirnya, syarat itu sampai ke telinga para raja yang mau melamar. Meskipun mereka sangat ingin menikahi sang putri, tetapi mereka tak sanggup memenuhi syarat itu.
Setelah semua raja-raja itu menyerah (dan mungkin menikah dengan orang lain), hanya dua orang raja yang merasa sanggup menjalankan syarat itu. Raja pertama bernama Klanaswandana dari kerajaan Bandar Angin, dan raja kedua bernama Singa Barong dari kerajaan Lodaya. Klanaswandana adalah seorang yang tampan, baik hati, gagah, adil, dan pintar. Sementara Singa Barong (mungkin sudah kalian duga) mempunyai sifat yang galak, curang, licik, pokoknya semua kejahatan tersimpan dalam diri raja keji itu.Dan anehnya, kepala Singa Barong berbentuk harimau yang dipenuhi kutu. Maka dari itu ia memelihara burung merak untuk mematuki kutu-kutu yang bersemayam di kepala harimaunya.
Sebelum hari H, Klanaswandana gencar mencari binatang berkepala dua. Seperti yang kalian tahu, Singa Barong pasti bermalas-malasan. Dan itu benar. Raja aneh itu bukannya gencar mencari binatang kepala dua, tetapi justru menyusun taktik agar dapat mengambil binatang kepala dua seandainya Klanaswandana menangkap binatang itu. Jadi sebenarnya, jika Klanaswandana gagal menangkap binatang kepala dua, Singa Barong juga terkena getahnya.
Tak disangka, ternyata akal bulus Singa Barong sampai ke telinga Klanaswandana. Tentu saja Klanaswandana tak tinggal diam. Ia berencana menyerang kerajaan Lodaya, kerajaan yang dipimpin Singa Barong. Dan karena Klanaswandana raja yang adil, maka seluruh rakyat bersedia membantu Klanaswandana.
Ada peraturan di kerajaan Lodaya yang tidak lazim. Peraturannya begini: Barangsiapa yang mengganggu Singa Barong jika sedang dibersihkan kepalanya dari kutu oleh burung merak, maka akan dihukum mati. Tentu saja semua penghuni istana berikut rakyat-rakyatnya tidak mau melanggar peraturan ini.
Ketika Klanaswandana hendak menyerang bagian dalam istana, ternyata Singa Barong sedang dibersihkan kepalanya dari kutu oleh burung merak peliharaannya. Para pengawal pun tidak berani memberitahukan ke Singa Barong bahwa pasukan kerajaan Bandar Angin yang akan menyerang istana berjarak beberapa meter dari sini, karena mereka takut dihukum mati. Maka pasukan Bandar Angin pun dengan mudahnya masuk kedalam istana.
Saat Klanaswandana beserta pasukannya sudah berdiri tepat didepan wajah Singa Barong, Singa Barong tertegun saking kagetnya. Dan gawatnya, sudah tak ada waktu untuk mempersiapkan pasukan Lodaya. Lagipula, siapa yang mau membantu raja keji dan tak punya hati seperti Singa Barong.
Perang pun tak dapat dihindari. Sementara pasukan Bandar Angin sibuk mengacak-acak dan menghancurkan seluruh isi istana Lodaya, Klanaswandana dan Singa Barong berperang sendirian di halaman istana. Singa Barong berperang tidak menggunakan pedang, tetapi menggunakan ilmu sakti yang dimilikinya. Perang berlangsung menegangkan. Apalagi saat Klanaswandana sudah mulai menggunakan ilmu saktinya.
Karena persiapan yang kurang dan kurangnya ketelitian Singa Barong, akhirnya Singa Barong pun mati dibunuh Klanaswandana. Dan yang ajaib, kepala harimau Singa Barong menyatu dengan kepala burung merak yang terus-menerus mematuki kepalanya! Jadilah Singa Barong binatang berkepala dua.
Akhirnya, Klanaswandana pun membawa mayat Singa Barong yang telah menjadi hewan berkepala dua sebagai persembahan kepada Dewi Sanggalangit dan tak lupa mempersiapkan 140 pasang kuda kembar yang dibantu oleh para rakyat yang memelihara kuda.
Hari yang ditunggu-tunggu pun tiba. Iring-iringan 140 pasang kuda kembar pun menambah keramaian. Apalagi saat datangnya Singa Barong yang entah kenapa bisa hidup kembali lalu menari-nari layaknya orang yang kesurupan. Karena syarat yang diajukan sang putri sudah terpenuhi seluruhnya, akhirnya Klanaswandana mempersunting Dewi Sanggalangit. Lalu Dewi Sanggalangit dibawa ke Kerajaan Bandar Angin, yang tak lama nama daerah itu diubah menjadi Ponorogo. Itulah asal mula Reog Ponorogo.
(diceritakan kembali oleh Sarah Fauziyyah Hana)
TAMAT
Tidak ada komentar:
Posting Komentar