Aku dan Laskar Pelangi
Siang itu cerah, tak ada setitik pun awan kelabu. Dan siang itu pula, aku masih duduk di kelas 4B tahun lalu akhir 2007. Tapi siang itu, hatiku geram. Aku bosan. Ingin sekali mencari hiburan.
Lalu aku teringat pada buku milikku yang belum selesai dibaca. Buku itu best seller sampai ke Malaysia dan sudah dicetak ulang 20 kali. Ceritanya pun sangat mengharukan, menyentuh hati bagian paling dalam. Judulnya tak kalah bagus, yaitu “Laskar Pelangi”.
Sebenarnya itu buku tetralogi. Tapi saat itu, aku baru punya satu buku. Hatiku tergerak membaca kembali buku itu. Aku masuk ke kamarku dan melihat buku itu. Segera setelah itu…..
Tak terasa sudah dua jam aku membaca. Sekarang sudah pukul 15.00. Nenekku, yang sebenarnya bukan ibunya ibu melainkan tantenya ibu memanggilku untuk makan. Aku berkata ya, tapi melanjutkan membaca. Karena aku melakukan begitu, akhirnya ibuku yang memanggilku. Akhirnya aku mengambil makanan dan duduk di ruang keluarga. Biasanya, aku makan dengan santai, tapi kini makanku cepat sekali. Pikiranku kini hanya terpenuhi dengan buku Laskar Pelangi.
Setelah makan, aku kembali ke kamarku. Aku membaca lagi. Tiba-tiba, aku tertawa. Buku itu lucu sekali. Lalu dalam sekejap, aku terkesima. Alur ceritanya begitu indah. Tapi, tiba-tiba aku merasa kesal. Lalu aku meredakan sedikit kesalku. Lalu aku terperanjat dan menangis. Setelah itu aku merasakan ada kenangan. Lalu aku menangis lagi. Bahkan lebih keras. Dalam sekejap, perasaan sedih itu hilang menjadi rasa bangga. Terakhir, aku kebingungan karena kata-katanya cenderung aneh karena belum kupelajari.
Dan selesailah aku membaca buku itu.
Beberapa waktu kemudian, aku, ibuku, ayahku dan teman ayah-ibu, pergi ke toko buku Togamas. Lalu aku membeli lanjutan Laskar Pelangi yaitu Sang Pemimpi & Edensor. Buku keempatnya belum terbit, judulnya Maryamah Karpov.
Saat pulang, aku segera membaca buku Sang Pemimpi. Aku terhenyak, karena tema pertama kali adalah tentang si penulis, yaitu Andrea Hirata, terperangkap di peti es bau ikan busuk karena ulah temannya, Arai. Oh ya, aku hampir lupa bahwa ketiga buku ini, menceritakan kehidupan penulis semasa dulu. Laskar Pelangi tentang dirinya SD dan SMP, Sang Pemimpi tentang SMA dan menuju kuliah, sementara Edensor sepenuhnya saat kuliah di Paris atau tepatnya keliling dunia dan menemukan tempat yang ia tahu dan dambakan dari kekasihnya saat SMP, A Ling yang pergi ke Jakarta tanpa pemberitahuan sebelumnya dan tak ada lagi kabarnya.
Sang Pemimpi juga sama seperti Laskar Pelangi. Tapi entah kenapa, aku lebih menyukai Laskar Pelangi.
Aku juga suka Edensor. Ada beberapa bab yang aku sukai. Bab pertama tentang seorang lelaki cerdas yang tertimpa penyakit. Konon, dia atau sanak saudaranya pernah melangkahi Al-Qur,an. Katanya, itulah yang membuat dia terserang penyakit.
Bab kedua, tentang lahirnya penulis. Ibunya ingin melahirkan saat tanggal 23 Oktober pukul 23.30. Tapi ibunya menahan-nahan hingga pukul 24.00 atau tanggal 24 Oktober karena ingin anaknya lahir saat hari berdirinya Persyarekatan Bangsa-Bangsa atau PBB.
Bab ketiga, tentang nama pertama penulis saat lahir. Nama saat lahirnya bukan Andrea Hirata, melainkan Aqil Barraq Badruddin. Menurut mereka (orang Belitong), jika kelakuan seseorang tak baik, yang pertama diselidiki adalah namanya karena nama adalah aura seseorang. Dan, Andrea Hirata nakal sekali sehingga nama Aqil Barraq Badruddin diganti.
Bab keempat, tentang berlanjutnya pergantian nama. Ayah penulis sering berdiskusi dengan orang-orang berseragam. Namanya sempat menjadi Wadhudh tapi tetap saja kelakuannya tak berubah.
Bab keempat, episode ke3 pencarian nama. Karena kewalahan mencari nama, akhirnya pemilihan nama diserahkan pada anaknya. Lalu penulis, melihat artikel berisi tentang di Italia, ada wanita menaiki menara telepon dan mengancam terjun jika Elvis Presley tak membalas suratnya. Nama wanita itu adalah Andrea Galliano. Lalu penulis mengusulkan nama Andrea menjadi namanya. Awalnya ibunya tak setuju karena itu bukan nama Islam. Tapi akhirnya, mau juga.
Itulah hal-hal yang kusuka dari Edensor. Sisanya, lumayan.
Saat mengetahui kalau film Laskar Pelangi akan ditayangkan tanggal 25 Agustus di bioskop, aku ingin sekali menontonnya. Ingin tahu sekaligus marah-marah jika ada yang berbeda dari bukunya. Hehehe…..
Intinya, aku suka sekali tetralogi Laskar Pelangi. Semoga Maryamah Karpov lebih seru lagi.
TAMATs
Siang itu cerah, tak ada setitik pun awan kelabu. Dan siang itu pula, aku masih duduk di kelas 4B tahun lalu akhir 2007. Tapi siang itu, hatiku geram. Aku bosan. Ingin sekali mencari hiburan.
Lalu aku teringat pada buku milikku yang belum selesai dibaca. Buku itu best seller sampai ke Malaysia dan sudah dicetak ulang 20 kali. Ceritanya pun sangat mengharukan, menyentuh hati bagian paling dalam. Judulnya tak kalah bagus, yaitu “Laskar Pelangi”.
Sebenarnya itu buku tetralogi. Tapi saat itu, aku baru punya satu buku. Hatiku tergerak membaca kembali buku itu. Aku masuk ke kamarku dan melihat buku itu. Segera setelah itu…..
Tak terasa sudah dua jam aku membaca. Sekarang sudah pukul 15.00. Nenekku, yang sebenarnya bukan ibunya ibu melainkan tantenya ibu memanggilku untuk makan. Aku berkata ya, tapi melanjutkan membaca. Karena aku melakukan begitu, akhirnya ibuku yang memanggilku. Akhirnya aku mengambil makanan dan duduk di ruang keluarga. Biasanya, aku makan dengan santai, tapi kini makanku cepat sekali. Pikiranku kini hanya terpenuhi dengan buku Laskar Pelangi.
Setelah makan, aku kembali ke kamarku. Aku membaca lagi. Tiba-tiba, aku tertawa. Buku itu lucu sekali. Lalu dalam sekejap, aku terkesima. Alur ceritanya begitu indah. Tapi, tiba-tiba aku merasa kesal. Lalu aku meredakan sedikit kesalku. Lalu aku terperanjat dan menangis. Setelah itu aku merasakan ada kenangan. Lalu aku menangis lagi. Bahkan lebih keras. Dalam sekejap, perasaan sedih itu hilang menjadi rasa bangga. Terakhir, aku kebingungan karena kata-katanya cenderung aneh karena belum kupelajari.
Dan selesailah aku membaca buku itu.
Beberapa waktu kemudian, aku, ibuku, ayahku dan teman ayah-ibu, pergi ke toko buku Togamas. Lalu aku membeli lanjutan Laskar Pelangi yaitu Sang Pemimpi & Edensor. Buku keempatnya belum terbit, judulnya Maryamah Karpov.
Saat pulang, aku segera membaca buku Sang Pemimpi. Aku terhenyak, karena tema pertama kali adalah tentang si penulis, yaitu Andrea Hirata, terperangkap di peti es bau ikan busuk karena ulah temannya, Arai. Oh ya, aku hampir lupa bahwa ketiga buku ini, menceritakan kehidupan penulis semasa dulu. Laskar Pelangi tentang dirinya SD dan SMP, Sang Pemimpi tentang SMA dan menuju kuliah, sementara Edensor sepenuhnya saat kuliah di Paris atau tepatnya keliling dunia dan menemukan tempat yang ia tahu dan dambakan dari kekasihnya saat SMP, A Ling yang pergi ke Jakarta tanpa pemberitahuan sebelumnya dan tak ada lagi kabarnya.
Sang Pemimpi juga sama seperti Laskar Pelangi. Tapi entah kenapa, aku lebih menyukai Laskar Pelangi.
Aku juga suka Edensor. Ada beberapa bab yang aku sukai. Bab pertama tentang seorang lelaki cerdas yang tertimpa penyakit. Konon, dia atau sanak saudaranya pernah melangkahi Al-Qur,an. Katanya, itulah yang membuat dia terserang penyakit.
Bab kedua, tentang lahirnya penulis. Ibunya ingin melahirkan saat tanggal 23 Oktober pukul 23.30. Tapi ibunya menahan-nahan hingga pukul 24.00 atau tanggal 24 Oktober karena ingin anaknya lahir saat hari berdirinya Persyarekatan Bangsa-Bangsa atau PBB.
Bab ketiga, tentang nama pertama penulis saat lahir. Nama saat lahirnya bukan Andrea Hirata, melainkan Aqil Barraq Badruddin. Menurut mereka (orang Belitong), jika kelakuan seseorang tak baik, yang pertama diselidiki adalah namanya karena nama adalah aura seseorang. Dan, Andrea Hirata nakal sekali sehingga nama Aqil Barraq Badruddin diganti.
Bab keempat, tentang berlanjutnya pergantian nama. Ayah penulis sering berdiskusi dengan orang-orang berseragam. Namanya sempat menjadi Wadhudh tapi tetap saja kelakuannya tak berubah.
Bab keempat, episode ke3 pencarian nama. Karena kewalahan mencari nama, akhirnya pemilihan nama diserahkan pada anaknya. Lalu penulis, melihat artikel berisi tentang di Italia, ada wanita menaiki menara telepon dan mengancam terjun jika Elvis Presley tak membalas suratnya. Nama wanita itu adalah Andrea Galliano. Lalu penulis mengusulkan nama Andrea menjadi namanya. Awalnya ibunya tak setuju karena itu bukan nama Islam. Tapi akhirnya, mau juga.
Itulah hal-hal yang kusuka dari Edensor. Sisanya, lumayan.
Saat mengetahui kalau film Laskar Pelangi akan ditayangkan tanggal 25 Agustus di bioskop, aku ingin sekali menontonnya. Ingin tahu sekaligus marah-marah jika ada yang berbeda dari bukunya. Hehehe…..
Intinya, aku suka sekali tetralogi Laskar Pelangi. Semoga Maryamah Karpov lebih seru lagi.
TAMATs
Tidak ada komentar:
Posting Komentar